Penelitian Tindakan Kelas (PTK)-Merumuskan Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian berupa sebuah penjelasan bahwa variabel yang satu secara logis berkaitan dengan variabel lainnya. Kerangka berpikir selanjutnya digunakan sebagai landasan atau argumentasi untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan silogisme (logika) yang terdiri dari premis-premis.   Biasanya disebut premis mayor dan premis minor. Mari kita lihat contoh silogisme berikut.
Premis 1: Semua makhluk hidup bernafas.
Premis 2: Bakteri bernafas
Simpulan: Bakteri adalah makhluk hidup.
Dalam penelitian premis-presmis adalah kesimpulan dari kajian pustaka. Jadi kalau kita punya dua variabel maka pada bagian kajian pustaka kita punya dua kajian dan setiap kajian harus diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan menjadi premis untuk menyusun kerangka berpikir.
Lihat skema berikut:
      
Secara singkat, kerangka berpikir yang baik minimal memuat hal – hal sebagai berikut :
  1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan satu persatu sebagai bentuk rangkuman atas kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
  2. Uraian dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel yang diteliti, yakni keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  3. Uraian dalam kerangka berpikir harus menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu positif atau negatif karena dalam konsep korelasi terdapat hubungan positif dan hubungan negatif. Misalnya jika variabel penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan motivasi belajar, maka penulis harus menjelaskan hubungan logis antara kedua variabel tersebut.
  4. Untuk memperjelas kerangka berpikir juga dapat digambarkan dalam bentuk skema atau peta konsep yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel.
Mari kita lihat contoh pada kasus PTK Ibu Siti.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam maka dirumuskan simpulan sebagai berikut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menangkap informasi dari teks. Pada peserta didik keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan cara melatih mereka secara inteksif dan berulang-ulang menggunakan metode tertentu.
Struktur teks pada umumnya terdiri dari pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang biasanya diangkat 5W+1H.  Jawaban tersebut bisa diperoleh peserta didik melalui teknik tertentu, diantaranya dengan menggunakan teknik menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H. Berdasarkan alasan tersebut maka meningkatkan keterampilan menangkap isi teks dapat dilakukan dengan melatih para peserta didik secara intensif dan berkelanjutan melalui pola tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.

Berikut ini contoh lain dari kerangka berpikir.
Motivasi belajar siswa bisa muncul dari dalam diri sendiri dan bisa didorong oleh faktor luar seperti kondisi ruangan belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dan materi yang diajarkan. Model pembelajaran sangat banyak jenis dan ragamnya salah satunya adalah  model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw yang didalam prosesnya berusaha mengaktifkan siswa sebagai subyek belajar baik secara  individu maupun kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mendorong siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam menggali berbagai informasi penting dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama