Latar belakang berarti alasan terjadinya sebuah penomena atau alasan yang mendorong kita melakukan sesuatu. Latar belakang masalah dalam penelitian berarti alasan mengapa kita mengangkat masalah tertentu untuk diteliti.
Berdasarkan pengalaman dalam membimbing proposal PTK, banyak guru yang lemah dalam menyusun bagian latar belakag masalah. Kelemahan yag ditemukan diantaranya membuka alinea dengan topik yang terlalu luas sehingga membutuhkan paparan yang terlalu panjang untuk sampai ke tujuan; tidak mengangkap masalah yang jelas, tidak mengungkakan alasan yang jelas mengenai masalah; tidak mengungkapkan fakta-fakta masalah dan tema aline yang kuang sistimatis (loncat-loncat) sehingga sulit dipahami.
Menuliskan bagian latar belakang pada proposal PTK sesungguhnya tidak sulit apabila kita sudah melakukan penelitian pra-PTK (recconnaisance). Oleh karena itu pra-PTK menjadi sangat penting. Seperti telah kita diskusikan sebelumnya melalui pra-PTK kita sudah mendefinisikan apa masalah yang akan diteliti dilengkapi dengan fakta-fakta tentang adanya masalah tersebut, dan apa tindakan yang akan dilakukan. Temuan-temuan yang kita peroleh dari pra-PTK itulah yang kita jadikan bahan untuk menyusun bagian latar belakang.
Rumusan sederhana untuk menuliskan bagian latar belakang adalah menggunakan prinsip piramida terbalik. Artinya memulai paparan dari hal yang umum kemudian semakin mengerucut ke bagian masalah hingga ujungnya menyatakan masalah yang akan diteliti.
Sebenarnya tidak ada rumusan yang pasti untuk menyusun latar balakang namun untuk latihan kita bisa menggunakan alternatif sistimatika tertentu. Sebagi bantuan kita dapat menentukan kerangka atau outline tulisan. Kerangka tersebut kita gunakan sebagai pemandu saja. Pada prakteknya menulis itu akan mengalir.
Mari kita mencoba untuk menyusun kerangka leatar belakang untuk kasus Ibu Siti. Poin-poin latar belakang dan sistematika akan seperti kerangka di bawah ini.
- Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
- Hasil UN dan tes sumatif tidak memuaskan.
- Fakta mengenai hasil UN dan tes sumatif.
- Temuan penyebab rendahnya hasil UN dan tes sumatif.
- Fakta mengenai penyebab masalah.
- Kajian masalah
- Pilihan Tindakan
- Pernyataan tentang pentingnya dilakukan PTK.
Kerangka di atas menggambarkan pola piramida terbalik. Paparan dimulai dari yang umum kemudian diurai kedalam paparan yang lebih khusus dan menjurus ke ujung lancip piramida mengenai pilihan tindakan. Bagian akhir adalah simpulan tentang pentingnya melakukan PTK untuk mengatasi masalah tersebut. Boleh juga diakhiri dengan judul penelitian.
Mari kita mencoba menguraikan bagian demi bagian. Simak contoh Latar belakang berikut.
Ada empat keterampilan ber-Bahasa Indonesia yang harus dikuasai yaitu berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut harus dikuasai secara seimbang. Dalam kompetensi dasar keterampilan ber-Bahasa Indoneis kelas IX dituliskan sebagai berikut.4.1. Menangkap makna teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan.4.2 Menyusun teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.4.3 Menelaah dan merevisi teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.4.4 Meringkas teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa seorang siswa harus dapat menangkap makna, menyusun, menelaah, merevisi dan meringkas berbegai bentuk teks secara lisan maupun tulisan.
Ada fenomena menarik mengenai hasil belajar pada keterampilan berbahasa tersebut. Rata-rata skor hasil UN pada tahun kemarin tergolong rendah karena hanya mencaai 5, 6. Skor tersebut lebih rendah dari pada mata pelajaran lain. Setelah dilakukan kajian terhadap lembar jawab ternyata 80% siswa banyak melakukan kesalahan dalam bagian soal terkait dengan menangkap informasi dari teks. Untuk meyakinkan hal itu telah dilakukan tes dengan soal serupa dengan soal UN di awal semester kepada seluruh kelas IX. Lembar jawaban tes dianalisis dan hasilnya menunjukkan 82,3% siswa melakukan kesalahan dalam bagian mengankap informasi dari teks. Teridentifikasi bahwa skor terendah pada keterampilan tersebut terjadi di kelas IXC.
Hasil kajian tersebut menunjukkan adanya masalah terkait dengan keterampilan menangkap makna atau infomasi dari teks. Tentu saja ini merupakan masalah yang sangat penting untuk diselesaikan. Dampak terhadap kelemahan tersebut bukan hanya sekedar terhadap hasil UN melainkan terhadap penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman ini informasi merupakan bagian penting dalam kehidupan. Barang siapa yang menguasai informasi maka akan dapat menguasai dunia. Syarat orang yang menguasai infomasi salah satunya adalah memiliki keterampilan memperoleh dan mengolah infrmasi. Oleh kerena itu kemampuan menangkap informasi merupakan kompetensi yang sangat dibutuhkan.
Keterampilan untuk menangkap informasi dari teks akan dikuasai oleh para peserta didik melalui proses latihan intensif dengan menggunakan strategi dan media yang tepat. Latihan tersebut harus dilakukan terus-menerus sehingga terbentuk kemahiran. Yang jadi pertanyaan, strategi apa yang tepat untuk pembelajaran tersebut?
Menurut Jatmiko (2007: 46), secara umum struktur isi teks terdiri dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Pertayaan-pertanyaan tersebut biasanya disingkat 5W+1H (what, who, where, hwen, why and how). Struktur tersebut hampir berlaku untuk semua jenis teks, meskipun mungkin saja dalam sebuah teks tidak semua jawaban dari pertanyaan tersebut ada didalamnya. Urutannya pun biasanya tidak selalu memenuhi pola tertentu melainkan tergantung dari konteks dan kesukaan penulis. Hal itu tidak menjadi soal, yang pasti isi teks merupakan jawaban dari keenam pertanyaan tersebut.
Anatomi teks tresebut dapat dijadikan landasan atau kunci untuk meemukan sebuah strategi atau metode dalam melatih peserta didik menangkap makna atau isi dari sebuah teks. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melaatih para peserta didik untuk terampil mengkap informasi dengan menggunakan pola menjawab pertanyaan 5W+1H. Dalam latihan tersebut para peserta didik menuliskan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya berdasrkan teks yang dibacanya. Bisa saja para peserta didik terlebih dahulu membuat tabel dua kolom. Kolomp pertama berisi 6 baris yang berisi 6 pertanyaan dan komom kedua ruang untuk jawabannya.
Metode latihan tersebut belum pernah digunakan sebelumnya namun menurut peneliti merupakan sebuah alternatif metode yang perlu dicobakan. Berdasarkan hal itu penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan perlakuaan metode menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H untuk meningkatkan keterampilan mengakap makna atau isi dari teks. Karena berdasrkan hasil analisis kelas yang skor keterampilannya paling rendah adalah kelas IXC maka penelitian tindakan akan dilakukan di kelas tersebut.
Coba Anda identifikasi setiap aline pada latar belakang di atas. Anda dapat melihat bahwa ususnan isi paparan dimulai dari yang umum yaitu tujuan mata pelajaran pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengungkapkan KD, dilanjutkan dengan adanya fenomena masalah dan faktanya. Selanjutnya diungkapkan hasil kajian terhadap masalah dan kajian solusinya. Paparan diakhiri dengan maksud untuk melakukan PTK dengan mencantumkan masalah dan solusinya.
Tentu saja sistimatika tersebut tidak baku. Sistematika lain dapat digunakan. Namun bagi Anda yang masih berlatih ada baiknya ikuti sistematika dan substansi seperti di atas. Setelah Anda sering melakukannya Anda akan menemukan sendiri sistematika lain yang lebih baik. Pada dasarnya menulis adalah seni sehingga setiap orang bisa menemukan gaya masing-masing.
Jumlah alinea atau isi latar belakang masalah tidak harus panjang. Satu halaman dianggap cukup. Oleh karena itu jangan memulai papaan dari yang terlalu umum. Substansi dari latar belakang masalah adalah memberikan alasan bahwa penelitian yang akan Anda lakukan penting dilaukan dan didalamnya Anda memberitahukan masalah yang akan diteliti disertai dengan tindakan yang akan Adan lakukan.
Penentuan kelas lokasi penelitian pada contoh di atas dilakukan dengan cara memilih kelas yang memperoleh skor paling rendah. Hal iti disebabkan karena masalah dimulai dari fenomena umum. Itu hanya salah satu kasus saja. Mungkin pada ksus yang lain masalah memang ditemukan pada kelas tertentu saja sehingga tidak perlu mempertimbangkan keterlibatan kelas lain. Misalnya kasus kurang berminat untuk belajar IPS terjadi di kelas VII D maka yang menjadi kajian di latar belakang fokus saja ke kelas tersebut.
Untuk melengkapi contoh latar belakang dengan sistimatika yang sama perhatikan contoh berikut.
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap obyek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang optimal. Seperti dikatakan Muhibbin Syah (2010: 132), bahwa minat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Fakta di lapangan, minat belajar siswa di kelas VIIIa MTsn Kayu Manis khususnya pada mata pelajaran IPS masih rendah yang ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada semester sebelumnya, 50 % siswa kurang berminat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 30 % sedang, dan hanya 20 % yang memiliki minat cukup tinggi.
Atas dasar uraian di atas, model pembelajaran Jigsaw sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif diduga dapat membuat pola pembelajaran lebih hidup dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mari kita berlatih untuk menyusun bagian latar belakang. Yang harus Anda lakukan pertama adalah melakukan pra-PTK untuk emngumpulkan data. Hasil pra-PTK adalah bahan untuk mengembangkan alinea dalam latar belakang. Anda akan kesuitan mengembangkan alinea dalam latar belakang ketika Anda tidak melakukan pra-PTK.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/