Penelitian Tindakan Kelas (PTK)-Merumuskan Hipotesis

Dalam bagian paradigma penelitian kita sudah mendiskusikan bahwa PTK bukan penelitian yang bersifat uji hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif yang bersifat logico hipotetico perificatif. Oleh karena itu keberadaan hipotesis dalam PTK bukan merupakan keharusan. Apabila Anda tidak menuliskan hipotesis dalam proposal maka tidak mengapa.
Dalam PTK digunakan istilah hipotesis tindakan. Hipotesis merupakan jawab sementara atas rumusan masalah yang telah diajukan. Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara mengenai keberhasilan tindakan untuk mengubah atau mengatasi masalah yang diangkat dalam penelitian.
Perumusan hipotesis penelitian merupkan langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Artinya, bahwa pendugaan mengenai keberfungsian tindakan untuk mengatasi masalah didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias dipertanggungjawabkan.
Rumusan hipotesis tindakan dibangun berdasarkan deskripsi dari kerangka berpukir, dan merupakan kalimat jawaban dari rumusan masalah. Mari kita lihat contoh rumusan hipoetesis tindakan berikut.
Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan metode latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Kerangka berpikir
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.
Hipotesis Tindakan
Diduga penerapan metode latihan menjawab peretanyaan melalui pola 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menangkap isi teks pada kelas IX  C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara.
Silakan cermati lagi contoh di atas. Rumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis harus sinkron (sejalan) antara satu dengan lainnya dan juga harus menggunkan istilah (terminologi) yang sama. Selain itu jumlah hipotesis harus sesuai dengan jumlah rumusan masalah. Kalau jumlah rumusan masalahnya 2 maka hipotesis tindakannya dua juga.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama